Thursday, January 19, 2012

undoubtedly happiness

Beberapa waktu yang lalu, gue sempat kenalan dengan seseorang yang bisa dibilang kita teman baik juga. Dia orangnya keren, seru dan asik kalau di ajak ber-gawol. Dia selalu ajarin gue gimana caranya relax dalam hal tersulit sekalipun, dan dia juga selalu ajarin gue untuk DIET dan OLAHRAGA. Meskipun gue gak kuat main sama dia (hidup sehatnya puollll) tapi gue masih senang kalau diajak dia ngobrol dan nongkrong. J

Beberapa hal gue melihat bahwa dia itu orang yang sebenarnya sangat diinginkan banyak wanita. Dia bisa masak (asli enak banget masakannya), dia suka bebenah rumah, dia suka sama anak kecil dan dia juga tahu gimana caranya memperbaiki hubungan yang mungkin saja rusak karena “emosi” dan “ego” dari suatu hubungan. Setelah beberapa bulan gue banyak ber-gaul sama dia, gue mendadak bertanya ke dia tentang wanita, dan apakah dia akan menikahi pacarnya sekarang. Suer, gue tertarik banget untuk tahu tentang ini, pikiran gue selalu aja wondering “who’s the lucky girl...?? “.

Tapi ternyata, malah gue bener-bener dikagetkan dengan jawaban dia.

“gue gak akan menikah Lin, menurut gue itu gak penting. Ngebayangin gue menikah aja rasanya udah gak mungkin. Ribet soalnya, apalagi kalau istri gue melahirkan... ahhhh... enggak deh...”

Untuk sesaat gue enggak kaget mendengar jawaban dia ini. Selain karena emang budaya di negara asal dia, gue juga banyak melihat kebiasaan (sikap mandiri) dia yang menunjukan bahwa dia enggak perlu memiliki keluarga. Sempat tersirat oleh gue, bahwa dia ini sangat “egois” dengan enggak mau direpotkan untuk hal-hal semacam ini. Sebagai seorang pria dewasa yang sudah punya segalanya, nilai dia mendadak jadi turun. Yang tadinya gue bisa kasih dia poin 8, sekarang jadi 4. (nilai matematika gue di sepanjang umur gue sekolah).

Tapi gue tetep penasaran dengan jawaban dia ini, for a sweet guy like him, who treats the woman right ternyata gak berfikir untuk menikah?. Lalu disuatu waktu akhirnya gue memiliki kesempatan untuk ngebahas lagi tentang ini. Dengan penasarannya gue minta dia jelasin ke gue KENAPA... KENAPA ??? KENAPAAAAA????? (akting gue kaya Atiqah Hasiholan gak?? Biar pantas disandingkan dengan RIO DEWANTO gituh. *teuteup ngarep*). Setelah beberapa saat gue tanya-tanya lagi (karena gue gak puas dengan jawaban dia yang nanggung – nanggung), gue benar – benar enggak menyangka dengan penjelasan dia seperti ini;

(gak bisa inget gimana dia ngomongnya, tapi gue coba bagiin garis besarnya aja yah... )

“Gue orangnya sulit Lin. Apalagi dengan kebiasaan gue hidup sendiri. Ini benar-benar membuat gue cukup kesulitan untuk hidup dengan orang lain. Dan salah satu alasan gue untuk tidak menikah atau memiliki pasangan dalam hidup gue, gue benar-benar gak mau mengecewakan dan menyakiti orang yang gue sayang.”

Dengan nyebelinnya gue terus mendesak dia untuk ngejelasin apa maksud penjelasan dia. Keliatan banget disitu temen gue ini pengen lempar gue ke jurang... :D ihihihihihihii

“intinya gue gak mau menyakiti orang yang gue sayang. “

akhir dari penjelasan dia yang langsung nge-jewer gua untuk tidak tanya lebih lanjut. Katanya kalau gue tanya-tanya lagi, gue akan di jewer dan akan dilempar ke ambon. L (budeeeehhhhhh... jauh bener ommm.... ke Timor aja dah Om, biar ketemu ama KD dan Raul Lemos. Mayan pan maen kerumah barunya.)

Well, setelah gue banyak ngobrol sama dia, gue malah jadi penasaran setengah mati. Apa iya, pernikahan itu justru lebih banyak hal sakit nya ? kok sampe ngebuat temen gue ini punya mind-set bahwa pernikahan akan penuh dengan penyiksaan sampai dia gak berani ambil keputusan untuk menikah?. Sedangkan banyak orang yang sering banget nguber2 gue untuk nyuruh gue buru2 menikah. (dikata kaya kambing kali yak, kawin disuruh buru2.. ) Nahhh... sekarang gue dengerin siapah nih?

Beberapa waktu yang lalu ini, gue diminta sama atasan gue untuk datang ke salah satu turnamen golf yang diadakan oleh salah satu golf community terkemuka di bilangan Bogor. Gue sih udah tahu kalau emang acaranya akan banyak hiburan dan emang dikemas menjadi salah satu acara yang “santai” dan “menyenangkan”, jadi gue enggak terlalu kaget kalau emang acaranya akan menjadi “liar”. Apalagi dengan adanya minuman keras dan wanita2 ABG yang bisa dibilang “BANYAK”. So pasti, kita semua udah tahu lah... kemana arah pesta ini.

Tapi ternyata pengalaman gue dilapangan golf yang bisa dibilang “lumayan” ini ternyata masih belum cukup membuat gue “terbiasa”. Yang ada gue malah terkejut setengah mati selama gue ada disana. Pertama gue kagetkan dengan cewe-cewe cantik nan seksi yang duduk bersama dengan para pemain di setiap meja. (eh, gue juga cantik kok.. Cuma bedanya, mereka itu punya badan yang bisa dibilang sempurna dan gue “hampir” sempurna titik.)

Ketika acara diawali dengan makan malam, mereka semua (cewe-cewe) terlihat wajar dan masuk akal. Cewe-cewe itu lebih ke arah cuma menemani makan malam aja. Tapi ketika makan malam selesai dan dilanjutkan dengan acara musik, cewe-cewe ini mulai meluncurkan jurus-jurus mereka untuk dapat perhatian dari pemain golfnya. Bergantian mereka menuangkan minuman keras itu kemulut para pemain secara langsung, dan gak jarang dari mereka yang ikut membersihkan mulut para pemain itu dengan mulut mereka sendiri . (seriously, it’s gross .... ) belum lagi para pemain-pemain yang bisa dibilang bandel malah justru memanfaatkan keadaanya dengan ikut-ikutan menambahkan hal-hal iseng kepada cewe2 itu.

Waktu itu gue lagi sms temen gue, tiba-tiba temen gue yang duduk disebelah gue nyolek gue sambil bilang “wah, gawat, bra nya dicopot...”. Dengan terkejut, gue liat kearah cewe itu, dan ketika gue liat, temennya cewe itu lagi membantu memasangkan bra cewe lagi itu sambil ketawa-ketawa (what makes you laugh??). Gak disangka sangka, bapak2 yang tadi melepas bra cewe itu ternyata masih belum puas dan mulai menarik baju bagian depan cewe itu. Gue pikir tuh cewe akan marah, eh gak taunya tuh cewe malah ngakak setengah mati sambil meluk-meluk tuh bapak. (it’s a crazy life!!)

Dari situ gue penasaran, are those guys happy with the choices they’ve made? Dan juga, are those girls happy with the things that they’ve done ? mannnnn ... segitunya kah ???

Hal lain yang juga menjadi perhatian gue, gimana yah perasaan mereka ketika mereka pulang kerumah dan ketemu istri-istri mereka ? pasti mereka ada perasaan guilty di hati, atau justru mereka malah merasa “udah biasa” nge bo’ongin perasaan mereka. Is this what we called happiness ??? trust me guys, membohongi diri sendiri itu sangat tidak bisa dikatakan akan membuat kehidupan lu bahagia or lebih bahagia dari kehidupan lu sekarang ini.

Gak bermaksud untuk menggurui or berkomen layaknya pak Guru. Tapi actually, disini gue bisa bilang kalau orang-orang mulai membawa dunia GOLF menjadi dunia yang kotor. Setiap ada hal apapun tentang golf, pasti deh konotasi orang akan langsung mengarah ke hal negative yang sebenarnya tidak semua acara golf seperti itu.

Balik lagi soal si temen gue yang ogah nikah ini. Gue mulai nyambung dan paham sama apa yang dimaksud sama temen gue yang idungnya mancung banget ini. Awalnya gue anggap kalau dia ini agak punya kelainan jiwa (hahahaha), tapi ternyata saat ini gue mulai paham sama apa yang dia maksud dengan “menyakiti” perasaan pasangannya. Gimana kalau itu terjadi sama gue, or sama pasangan lain. Langsung kebayang, jika pemandangan yang gue liat di lapangan golf kemarin ini terjadi sama gue (amit – amit *ketok-ketok kepala, ketok – ketok meja*) dimana pasangan gue ternyata melakukan hal “goblok” sama cewe-cewe labil diacara itu. Dan gak semudah itu juga bagi gue untuk ninggalin pasangan gue meskipun udah ketangkep basah juga mereka telah melakukan hal geblek itu. Apalagi kalau dalam kenyataannya gue sudah dikasih anak di pernikahan itu. Oh mannn ... that’s a night mare. Mau gak mau, gue harus bertahan sama pria sialan ini untuk keutuhan keluarga gue. (pantesan kalau adegan sinetron di tipi2 suka lebay, ternyata emang kalao di dunia nyata, semuanya emang bener2 bisa nguras emosi.)

Gak berani gue ngebayangin gimana keadaanya, apa hubungan itu akan menjadi lebih sehat untuk dilanjutin apa justru lebih baik dihentikan saja. Lalu kepikiran juga sama gue, kalau saja apa yang ada di video klip nya beyonce (if I were a boy) itu bisa terjadi, mungkin gue gak bisa sepenuhnya menyalahkan pihak si pria. Karena terkadang, emang banyak kesalahan fatal yang dibuat oleh wanita itu sendiri. Ihihihii, mendadak gue jadi agak merasa tersindir sama tulisan sendiri nih. Soalnya emang terkadang gue suka keliwatan kalau udah ngumpul bareng sama pria-pria. Susah banget untuk konsen. Hahahaha asli, bener deh! Makanya temen gue yang gue ceritain di chapter 1 tadi harus terlewatkan. (masih nyesel euyy...)

Beberapa waktu yang lalu juga kita di Indonesia ini pernah dikagetkan dengan skandal video porno yang dilakukan oleh beberapa publik figur yang sejujurnya, menurut gue mereka ini kurang hati-hati dalam melakukan hal ini. Salah satu dari pelakunya adalah seorang istri dengan seorang anak. Lu bayangin aja nih ya, lakinya itu udah ganteng, anaknya juga lucu banget dan juga untuk dapat anak itu perlu waktu yang lumayan lama. Bayangin, gak sepenuhnya kesalahan – kesalahan fatal ini tidak juga sepenuhnya dilakukan oleh laki-laki. Tapi justru wanita juga punya kendali dari kerusakannya. Kalau banyak survey yang menyatakan bahwa Pria itu dikatakan sebagai sosok mayoritas yang sering selingkuh, kita suka lupa kalau para pria itu sebenarnya selingkuh sama wanita juga kok. Jadi gak ada perbedaan genre dari kesalahan ini. Gak cewe, gak cowo sama aja maleeehhhh...

Nah sekarang jadi giliran gue nih yang bingung mau menyimpulkan apa dari pengetahuan yang gue dapat ini. Terkadang gue sering denger orang suka bilang kalau kita seharusnya tidak seratus persen mengandalkan pengetahuan , melainkan juga harus melibatkan hati dalam memutuskan segala hal.

Seperti yang gua hadapi pada hari ini, gue ketemu dengan teman gue yang gue sering disebut-sebut di chapter sebelumnya. Gue bicara sebentar sama dia karena dia harus balik kerja lagi. Gue gak bisa bohongin diri gue yang sebenarnya pengen bicara dan bercanda lebih lama sama dia. Tapi, seperti yang barusan gue bilang, kalau gue itu harus menggunakan hati. Gue gak mungkin melarang kegiatan dia, jadi hati gue menolak untuk memenangkan ego gue. akhirnya, gue cuma bisa bilang “lanjutkan kerjaan lu deh, gue ngobrolnya ntar aja kalau udah selesai.” Dan disitu dia senyum manis ke gue sambil bilang “makasih ya nekkk.. ntar gue sempatin ketemu lagi sama lu deh sebelum selesai.” Disitu gue Cuma bisa senyum dan mau gak mau harus ngebiarin dia pergi. Masa iya gue gelandotan di kaki dia biar dia kaga pergi. Yang ada dikira kingkong pingsan gue kalau itu bener kejadian.

Well, back to the topics... gue sempat menjadi ragu apakah pernikahan itu akan benar-benar membuat gue bahagia. Meskipun emang enggak akan ditemukan didunia ini satu rumah tangga yang sempurna atau baik2 aja sepanjang kehidupan. Tapi gue kok agak enggak berani ya ?? (ahhh cemennnn.... )

Seperti nasihat yang dikasih sama Bang Nico tadi di jalan, dia ngingetin gue bahwa mau idup dimanapun, pasti akan selalu nemuin kesulitan dan kesalahan. Karena setiap orang itu belajarnya justru dari kesalahan, bukan dari pengalaman baik aja. Mendadak gue juga merasa bahwa nasihat ini emang sebenarnya dimaksudkan untuk gue, dan bener-bener gue butuhkan untuk melanjutkan kehidupan gue. apalagi dia bilang ini untuk membesarkan hati gue dari kendala kerjaan yang gue hadapin.

Seperti yang sudah - sudah, disini gue hanya menyampaikan isi hati. kalau ada dari konten tulisan gue yang bikin teman-teman resah dan tidak setuju, itu wajar kale Sob... namanya juga pendapat.

dan untuk mem-promo-kan Quote dari Idola gue yaitu Jason Mraz, disini gue mau share pesannya "Practice Gratitude".

- END -


1 November 2011

No comments:

Post a Comment