Thursday, January 19, 2012

Say goodnight and go

Ah well, setelah beberapa saat gue malas untuk nulis, dimana kegiatan menulis ini sudah gue jadikan salah satu cara supaya bisa eksis, sekarang akhirnya gue paksa diri gue untuk kembali rajin mengolahragakan jari2 gemuk gue ini.

Dikit lagi tahun 2011 ini akan berganti menjadi 2012. Dan biasanya, orang-orang banyak yang mengingat apa saja yang sudah mereka lakukan, mereka capai dan mereka lewatkan sepanjang tahun ini. Begitu pula dengan gue yang akhir2 ini memikirkan tentang kehidupan gue di tahun 2011. Setiap gue mau bilang kalau tahun ini berat, sebenarnya enggak juga. When i look at the past years I had, the problems I had juga berat. Tapi ya, setiap tahun memang permasalahan dan pengalaman yang dialami kan pasti berbeda dari tahun sebelumnya. So Ya.... If i could describe what my life is like in this year, I’d say in a positive way.. bahwa tahun ini gue “sangat diberkati”.

Karena terlalu banyak di dalam kepala untuk dibagikan, kayanya gue akan mulai cerita gue dengan membagikan apa minat dan kesukaan gue akhir-akhir ini. Abisnya kalau mau nulis yang sedih – sedih atau yang menderita –menderita, ntar dikira mau menyaingi penulis skrip sinetronnya Nikita Willy. Secara dia kan MEGANG banget di dunia pernangisan televisi. Masa iya gue mau nangis2an juga di tulisan ini. (mendadak liat kaca sambil mewek, penasaran kaya apa muka gue kalau mewek... ternyata ancur banget!!) (langsung mengurungkan niat jadi artis sinetron).

Ada beberapa hal yang cukup menarik minat gue sebenarnya akhir-akhir ini. Mulai dari Hamka Hamzah yang selalu mengalihkan konsentrasi gue, terus olahraga biliar yang gak pernah gue tengok seumur hidup tapi dengan sukses mencuri perhatian gue sekarang, sampai akhirnya harus gue akui bahwa ternyata gendut itu menyiksa gue!!!!. One by one akan gue ceritain gimana hebohnya gue mengalami hal - hal ini. CEKIDOT...... ;

Pertama gue gak sabar untuk cerita tentang postur tubuh gue yang sebenarnya sudah gue sadari, bahwa besarnya badan gue ini menyebabkan orang-orang yang liat gue ini SAKIT MATA atau lebih tepatnya KEGANGGU. Mulai dari susahnya nyari baju dilemari sendiri, lalu susahnya beli baju baru yang muat dan harga cocok sama kantong, sampai gimana teman-teman sendiri mulai asyik mencela “ukuran” badan gue yang ternyata memang tidak kecil ini.

Terobsesi pengen punya badan kaya Agnes Monica (eh enggak deh, lebay itu sih). Ya, terobsesi dengan turun berat badan, gua mulai dengan mengurangi porsi makan dan mulai mengurangi waktu makan gue tiap harinya. Tapi bukan Lina namanya kalau enggak LEBAY. Gue yang lagi keranjingan diet ini kelepasan dengan hanya makan 1 kali satu hari. Sok kuat dan lupa dengan asam lambung diperut gue yang sensitip nya gak kira-kira. Alhasil, disaat gue sedang kerja, gue harus mengakui bahwa asam lambung gue ini beyond my ability. Langsung ngambek dia... gue isi makanan, gak mau... gue isi minuman enak, gak mau... gue diemin makin ngamuk.... hmmmmm... susah bener sihhhhh!!!!

Sebenarnya bukan keinginan untuk punya postur badan ideal supaya bisa langsung alih profesi jadi super model yang gue harapkan dari turunnya berat badan gue ini. Melainkan, gue punya harapan dan keinginan sederhana yang mengharukan, yaitu gue pengen bisa beli baju di terminal blok-m dengan harga 20ribu-an. Disisi lain juga, gue menyadari bahwa dengan menjaga pola makan, gue pasti sehat dan bebas dari penyakit mematikan (uang habis buat jajan). Karena niat-niat sederhana ini lah, gue memutuskan untuk memiliki badan ideal.

Alasan lain yang memaksa gue untuk tunduk pada kondisi badan yaitu, gue berharap banget bisa“enak dilihat” kalau one day gue bisa ketemu sama HAMKA HAMZAH. Kenapa? ... ya malu lah brayyy!!! ... gimana enggak, sebagai pria idola gue yang menurut orang-orang terdekat gue mukanya dia ini gak jauh beda dari tukang ketoprak, tukang tahu, tukang bubur atau tukang becak, Hamka ini punya badan yang AMIT-AMIT bagusnya. Pantat bahenol, dada bidang, tinggi yang proporsional sampai mampu mengalihkan dunia gue. He’s close to PERFECT for me.

Dengan kodrat dimana sosok wanita yang seharusnya selalu memperhatikan kondisi badan, gue merasa malu kalau sampai kalah “teratur” postur badannya sama cowok. Masa iya, cowok aja bisa punya badan sempurna, tapi gue sebagai wanita masih mikirin kondisi perut kenyang aja, tanpa memikirkan ukuran yang diakibatkan dari perut kenyang disetiap jam. But well, jangan tanya gimana hasil akhir dari keinginan rendah hati gue ini. Karena sebenarnya itu masih angan-angan dan belum ada hasil dari gerakan awal yang gue lakukan. Sabar aja yah kawan-kawan, Lina yang kalian kenal ini tidak akan drastis kurus seperti model-model di tipi. (dalem hati menangis guling-guling).

Ngomong-ngomong soal Hamka, gue rasa gue perlu cerita nih ke semuanya tentang apa yang gue rasakan tentang sosok Hamka ini. Selain karena dia sudah terkenal dengan peran dia sebagai pemain belakang untuk TIMNAS di piala AFF, PPD dan pertandingan persahabatan lawan LA Galaxy kemarin, gue merasa something that I can’t even explain what I do like from him. Pokoknya, gue suka deh sama dia. Sampai-sampai gue mulai keranjingan untuk cari tahu tentang kehidupan dia diluar lapangan hijau.

Entah apa yang gua dapat dari mencari tahu tentang dia, tapi rasa kepuasan tersendiri ini yang membuat gue ogah berhenti mencari tahu tentang dia. Googling, tweeting bahkan terus cari informasi tentang dia dari toko buku. Kalau misalnya sampai gue bisa ketemu sama dia oneday, I want him to understand bahwa gue ini emang udah luar biasa meng-idolakan dia deh. (kedip-kedip genit, yang dilanjutkan dengan salto karena girang).

Sanking gue sangat mengidolakan dia, gue ini teramat sangat ngarep untuk bisa face to face ketemu sama dia (Huahahahhaha, mendadak ngakak kalau gue inget usaha yang sudah gue lakukan untuk bisa ketemu sama dia). Dimulai dari gue yang seneng banget ngikutin segala aktivitas dia melalui account twitternya, sampai temen-temen deket yang sering meng-informasikan keberadaan dia ke gue. Entah di Cafe, tempat mancing, tempat latihan dan lain-lain deh.

One night, gue baca di twitter kalau dia lagi dinner sambil nobar pertandingan liverpool di salah satu cafe yang terbilang favorite untuk gue dan ternyata juga tempat favorite untuk dia dan teman2 terdekatnya. Waktu itu jam sudah menunjukan pukul 10 malam, sedangkan pertandingan bola baru dimulai sekitar 20 menit. Dengan gaya gue yang sok manis, gue minta izin sama emak gue untuk menginzinkan gue keluar malam itu. Karena acting Nikita Willy yang cukup meng-inspirasi, akhirnya gue berhasil mendapatkan izin dari emak gue, dan langsung naik taksi kesana. Sebelumnya, gue menghabiskan waktu sekitar 10 menit untuk mencari teman yang mau nemenin gue jalan. Karena dadakan, pada gak bisa semua. Disitu gue hampir membatalkan niat gue ini, sampai akhirnya gue menemukan satu teman terbaik gue yang tinggalnya tidak jauh dari rumah gue.

Temen gue ini ternyata abis nonton konsernya Anggun C. Sasmi di JHCC bilangan Senayan. Menyuruh dia jemput gue dengan taksi, kita pun akhirnya langsung ngibrit ke arah Cafe tersebut. Entah apa yang merasuki pikrian gue, waktu itu gue pikir dengan sok yakin bahwa Hamka dan teman2nya ini ada di Cafe yang terletak di bilangan Senopati. Dengan taksi yang disupiri oleh Bapak METAL itu, kita capcus lah ke Senopati. Sampai sana ternyata KOSONG MELOMPONG. Malah emang Cafe ini ga buka hari itu. Dengan semangat yang masih membara (karena juga sudah terlanjur diluar rumah) gue langsung mengarahkan Pak Supir untuk bawa kita ke cabang Cafe yang di Panglima Polim. Disana ada terlihat beberapa mobil yang masih parkir. Tapi gue ga liat mobil dia, dengan keyakinan penuh, gue paksa diri gue untuk turun ke Cafe yang sudah memasang papan CLOSED ini didepan pintunya. Karena gue kenal dengan beberapa pekerja disitu, gue nyelinap masuk dan langsung tanya aja tentang keberadaan Hamka. Tanpa rasa bersalah dan tanpa memikirkan perasaan gue, si pekerja yang kenal dengan gue ini tadi menjawan dengan santainya, “baru aja pulang Lin .. kira2 5 menit-an yang lalu deh...”. Disitu gua merasa hidup gue berakhir, dan sepertinya gue telah kehilangan semangat hidup gue. (aseli lebay).

Dengan lemah, letih, lesu, gua balik ke taksi sama temen gue dengan perasaan sedih dan menyesal setengah mati. Gimana enggak menyesal ? Gue sih tadi pakai bilang suruh ke Cafe yang di Senopati. Akhirnya kan gue terpaksa wasting my 5 minutes yang seharusnya kalau enggak dipake ke Senopati, sekarang ini gue pasti sudah bisa pasang foto gue sama Hamka sekarang. Untuk sesaat, gue merasa gua letih mengejar Hamka. Dan untuk sesaat gue merasa gue tidak perlu lagi mengejar Hamka. Cukup manusiawi rasanya, manusia girang seperti gue ini bisa merasakan sedih dan kecewa untuk hal-hal kecil seperti ini.

Sesampainya gue dirumah, ternyata nyokap gue udah tidur ditempat tidur gue. Gak lama, dia kebangun karena gue mau masang selimut dan nyusul tidur disebelah dia. Dengan berbisik, dia tanya ke gue, “mana fotonya? Liat dong...!”. Gue cuma bisa nutup kepala gue pake bantal dan bilang ke dia kalau gue gak berhasil ketemu Hamka,”Hamkanya udah pulang just right before I got there.” Jelas gue singkat. Terus terang, saat itu gue perlu banget emak gue meluk gue dan bilang “that’s worth to try honey... that’s okay...”. Tapi ternyata gue lupa kalau emak gue ini “okem” dan sangat gak mungkin bersikap manis seperti harapan gue tadi. Langsung bangkit dari tidurnya, die langsung deketin mukanya ke muka gue dan bilang, “EMANGNYE ENAKKKK..... Ditinggal pulang nih yeeee...... laki orang sih dikejar-kejar...hihihihihihihi” ( -__-‘ mendadak gue pengen bunuh diri.)

Kegagalan ini ternyata tidak menyudahi semangat dan rasa suka gue ke Hamka. Sejak saat itu, gue kembali melanjutkan kehidupan gue menjadi STALKER sejati lewat Twitter. Setiap gue liat dia Tweet something new, gue seakan baru ketemu sama dia. Sangat gue akui, bahwa dunia gue telah dialihkan oleh seorang pemuda asal Makassar yang benar-benar membuat gue tidak bisa berhenti mencari segala informasi tentang dirinya. (mesam-mesem)

Cerita tentang Hamka ini pun, tidak hanya berkicau di dunia Twitter, atau dilingkungan persahabatan gue dan teman-teman. Di dunia olahraga biliar yang sedang gue gemari ini pun, gak jarang gue menyebutkan namanya kepada teman-teman pekerja di biliar. Nonton bareng pun sering kita lakukan di tempat biliar, dan disitu setiap di shoot gambar Hamka, mereka akan langsung melihat kearah gue sambil tepuk tangan. Hahahahahahaha bisa banget yah nyenengin tamu!

Kenapa akhirnya gue bisa keranjingan main biliar ? . Berawal dari gue yg secara diem2 numpang di tempat biliar ini untuk curhat sama salah satu sahabat gue, dimana akhirnya gue dan teman-teman tahu bahwa ada tempat biliar di Mall ini. Suatu waktu, gue dan kedua sahabat akrab gue ini gak tau mau nongkrong dimana. Duduk-duduk di Cafe kok kayanya sudah bosan, apalagi beberapa minggu terakhir saat itu kita banyak meeting di Cafe dan udah bosan kalau main pun harus dilakukan juga diCafe. Karoke pun sudah tidak menarik minat kita lagi. Akhirnya, terlintaslah satu ide untuk main biliar.

Waktu gue masih ada tugas pelayanan di Bandung, sodara sepupu gue yang akrab banget sama gue sempat ajak gue main Biliar. She’s so good in Biliar. Tapi karena ga ada temen lain, dia bertanding lawan gue (yang gak bisa apa2 ini), tapi entah gimana, gue ternyata bisa menang lawan dia. Lalu, waktu gue main sama teman-teman di Jakarta pun, gue juga beberapa kali memenangkan permainan ini. Based on pengalaman menang yang GAK TERHORMAT ini, gue pun akhirnya setuju dengan sahabat2 gue tadi untuk main biliar dari pada nongkrong di Cafe.

Dikunjungan kami yang pertama saat itu pun, gue masih belum tahu gimana harus grip dan memposisikan tangan gue pada stick, dan sama sekali buta dengan permainannya. Ditemani oleh teman-teman pekerja di tempat biliar itu, akhirnya sedikit demi sedikit gue mulai memahami apa yang harus gue lakukan untuk main biliar ini. Selain karena tempatnya yang COZY to relax, lagu-lagu yang disajikan pun membuat gue rasanya betah banget untuk balik lagi kesini.

Beberapa kali gue dateng kesanadengan teman – teman yang memang bisa biliar. Dengan tujuan untuk ajarin gue main biliar. Tapi ternyata gue masih tetap blo'on dan cenderung idiot. Sampai akhirnya, gue ketemu sama salah satu pekerja disana yang sepertinya merupakan BILIARD MANAGER ditempat itu. Satu persatu dia ajarin gue semuanya. Mulai dari posisi tangan dimeja dan posisi tangan untuk grip stick, posisi kaki, posisi pandangan sampai sifat2 bola. Wah... pokoknya gue banyak diguyur dengan pengetahuan-pengetahuan deh. Gak terasa, ternyata gue sudah menghabiskan waktu 4 jam di biliar itu.

Karena gue berhasil meningkatkan permainan gue, feeling gue selalu mau terus berlatih. Akhirnya, semakin sering lah gue main ketempat biliar itu. Selain karena biar bisa ketemu dengan yang ngajarin gue yang manisnya ampun-ampun, teman-teman disana pun sudah seperti sodara gue semua. Pokoknya,gue rekomendasikan deh temen-temen untuk mencoba keramah-tamahan pekerja dan asyiknya main Biliar di Qbilliard Senayan City Deh!!! The money you’ve spent, is worth...!!

Sewaktu gue nulis ini, sahabat baik gue yang setia banget nemenin gue main biliar kebetulan sedang liburan sama Nyokapnya ke London. Sekitar sebulan dia pergi, dan baru sekitar 1 minggu dia pergi, gue udah kangen dia (kangen maen biliar). Rasanya pengen banget nyulik dia dari London, untuk nemenin gue main di Qbill. Hahahahhahahaha ..... agak lebay yach Gue!.

Harus gue akui, bahwa permainan gue di biliar ini JAUH lebih enak dilihat dari pada pertama kali gue main di Qbill ini. Amit-amit deh rasanya, bisa maen enggak, ngerti maen enggak, tahu perhitungan juga enggak. Tapi sekarang, dengan berjalannya waktu, dan kesabaran dari pekerja2 disana, gue at least bisa tahu mengenai permainan-permainan dan perhitungannya. It is so great to know that you’re improved, and also great to know that you’re BETTER. Perubahan is a key of success right ???.

Dari kegemaran gue di dunia Biliar ini, gue mempelajari suatu hal that I could compare to life. Bahwa terkadang, kita suka menganggap bahwa sesuatu itu sangat TIDAK MUNGKIN untuk kita lakukan. Boro-boro untuk mencoba, lha wong membayangkannya saja sudah dipenuhi dengan kata-kata TIDAK MUNGKIN dikepala kita. Just like what I had, gue gak pernah berfikir untuk mau bisa main biliar. Setiap temen-temen aja biliar pun, gue udah males rasanya. Namun ternyata ketika gue mencoba dengan telaten dan kesabaran, gue bisa melakukan sesuatu yang terlihat tidak mungkin bisa gue lakukan.

Selama proses gue belajar, gue sempat merasa sedih dan merasa sia-sia untuk melanjutkan pembelajaran ini. Gue selalu gagal mengukur ketepatan bola dan speed dari stick yang semuanya dikontrol penuh oleh diri kita sendiri. Beberapa kalipun, gue bilang ke pelatih gue bahwa gue gak bisa. Namun karena semangat dan kesabarannya, gue belum menemukan kejenuhan dalam memperlajari permainan ini.

In Life, there are times when we feels like we can’t do anything to move on or to continue our lives. Tapi sebenarnya, itu semua dikontrol penuh oleh diri kita. We mostly solved the problem that we created. And once we are giving up to the problems that we created, rasanya lucu. Tapi ya balik lagi, kenyataan itu tidak semudah kata-kata yang tertulis. Karena kenyataan sudah banyak tercampur dengan banyak hal. Ego, fear, worry, and time.

Well, the Christmas day is gone. Tapi this Christmas feeling masih melekat dipikiran gue. I could say that I had a great Christmas. Ditemani dengan lagu dari NO USE FOR A NAME – “Fairy tale of New York” saat gue menulis ini, disadari bahwa gue sangat diberkati. I’m surrounded by the people that I loved and Loves me, I’m also blessed with all the happiness, dan kesehatan dari orang-orang yang gue sayang. Natal kali ini juga gue diberkati dengan BUANYAK makanan yang melimpah. Gak beli, tapi gue banyak terima kiriman dari sodara-sodara dan teman-teman. Christmas eve gue pun, gue isi dengan perut penuh dan cenderung seperti BERUANG. (Too much for Christmas).

Meskipun tanpa kehadiran Kakak gue Toni dan Bokap di natal kali ini, gue tahu bahwa gue masih diberkati dengan keluarga kecil gue.

Selamat Natal semuanya .... Selamat Tahun baru juga!

Semoga perubahan-perubahan dan konsistensi terus dilakukan untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Love,

Lina Mongan


December 26 2011

No comments:

Post a Comment